Day 4: Tanpa menyebutkan namanya, ceritakan bagaimana pertemuan pertamamu dengan dia
26 Desember 2016 00.37
"Kamu di surabaya lin?"
Seperti itulah pesan yang kubaca malam itu, yang dalam sekejap membuatku sadar dari tidurku. Awalnya ku kira hanya mimpi, namun setelah ku lihat lagi layar handphoneku itu benar dia.
Dia bukan orang asing yang tidak ku kenal. Tentu saja aku kenal baik dengannya. Namun itu dulu, dulu sekali hingga aku lupa kapan terakhir bertemu dengannya, saat kelulusan smp mungkin. Hampir 7 tahun lebih aku kehilangan kontak dengannya dan hanya bertemu sekali dalam satu acara, itupun tak saling bicara. Dari dulu jarak kami memang sejauh itu. Bahkan aku tak pernah punya kesempatan untuk dekat dengannya.
Tapi kedatanganku ke Surabaya tak sia-sia, kamu mengirimiku pesan singkat yang membuat aku kelimpungan bagaimana harus membalasnya. Ya kamu bisa membuatku sekaku itu. Pesan itu terus berbalas hingga esok sore ketika percakapan itu mencapai titik ujung. Aku khawatir aku telah melewatkan kesempatanku untuk bertemu denganmu. Percakapan kita berhenti, stagnant tak berbalas. Aku mati gaya.
26 Desember 2016 15.30
"Jadi keluar gak? Kalo gak aku mau tidur"
Satu lagi pesan yang kuterima sore itu, dalam sekejap aku membalas untuk mengiyakan. Dan kemudian tak berbalas lagi. Dia tidur. Mengingat bagaimana karakternya semasa dulu aku sudah tidak yakin dia akan menyempatkan waktunya untukku. Mungkin dia hanya bertanya, mungkin dia memang tidak begitu ingin bertemu, mungkin dia mengiyakan hanya karena aku yang meminta. Kamu masih memberikan janji hari esok. Sungguh aku tak lagi berharap.
27 Desember 2016 13.08
*sent*
"Aku sekarang di royal plaza mungkin lebih dekat kalo mau ketemu"
27 Desember 2016 15.20
"Dimana sekarang, aku baru balik dari kampus. Sorry"
27 Desember 2016 15.21
*sent*
"Sudah pulang ke rumah tante. Yups it's okay"
27 Desember 2016 15.24
"Nanti malam ayo ketemu, aku gak tau rumah tantemu dimana. Aku tunggu di PH jemursari. Kita ketemu disana. Sekarang hujan kita gak bisa keluar. Jam 7 malam aku tunggu."
Aku melonjak kegirangan, sepertinya kali ini Tuhan memberikan kesempatan padaku untuk bertemu lagi denganmu, untuk lebih mengenalmu lagi. Aku bersyukur sekali saat itu.
Malamnya sekitar pukul 19.20 kau tak juga tampak, aku khawatir kamu telah lelah menunggu dan memilih pulang. Tapi aku terlalu berlebihan, ternyata kamu salah tempat karena di daerah itu ada resto dengan nama yang sama. Aku menunggumu khawatir.
Setelah 7 tahun tak pernah bertemu lagi, akan kah kita sekaku itu? Mengingat dulu kitapun tak begitu dekat dan dirimu yang tak banyak bicara. Tak beberapa lama kamu pun muncul. Kamu tau bagaimana aku hampir sulit bernafas, berusah meyakinkan diriku sendiri jika saat itu aku bisa bertemu denganmu lagi setelah sekian lama. Senyumku terkembang dengan bahagia.
Malam itu semua yang aku khawatirkan sirna seketika, kamu masih tetap sama seperti yang kukenal semasa dulu. Tak terasa 2 jam kita berbicara banyak hal, tentang masa lalu, sekarang hingga membagi mimpi-mimpi di masa depan.
Saat itu pula aku sadar bahwa tak ada yang berubah dari dulu hingga sekarang, bahkan dengan rentang waktu 7 tahun tanpa pernah sekalipun aku memikirkan akan sedekat ini. Perasaan ini tetap sama. Aku terus melapalkannya di sepanjang jalan, ditemani oleh arahan dari google maps karena kamu tak hafal jalan. Aku melapalkannya.
'Aku merindukanmu'
Tak mengapa jika kamu tak mendengarnya, aku tak berniat untuk mengucapkannya secara lantang. Aku cukup pecundang, menjadi teman lama yang bahagia karena bisa bertemu kembali denganmu. Pertemuan pertama kita sebagai seseorang yang berbeda dari masa lalu, dengan jarak yang sangat dekat.
Perasaan ini biar saja aku simpan sendiri, lagi. Aku bersyukur kepada Tuhan dengan segala ketidak kemungkinan ini Dia telah memberiku kesempatan untuk bertemu dengamu lagi. Aku selalu berdoa untuk bertemu dengamu lagi dan lagi.
Liliy
Read More