Wednesday, 22 November 2017

,

Menggali ingatan



Untuk yang tak lagi dapat kupeluk

Jember adalah sebaik-baiknya perantauan.
Tempat mimpimu disemat untuk kemudian beradu dengan peluh dan malam-malam yang gaduh.

Kota ini pernah sehangat matahari musim semi. Menghangatkan harapan yang dilupakan. Merengkuh setiap doa yang dipanjatkan.

Ada kalanya kota ini menjelma badai di musim penghujan. Menghempas segala yang kau punya. Memporak porandakan apa yang telah kau bangun sejak lama.

Kiranya Jember adalah janji yang ingkar. Tentang ribuan rencana yang ditinggalkan oleh kisah yang pernah kita perjuangkan.
Lenyap, janji itu makin tertinggal di belakang, sejauh kakimu dilangkahkan.

Jember adalah saksi bahwa rindu seharusnya tak buru dipangkaskan. Karena tepat saat keretamu bertolak pergi. Kenanganmu tertahan tanpa bisa mengejarmu lagi.

Ahirnya Jember berubah menjadi kegetiranku pukul 4 pagi. Terlalu enggan untuk tinggal, terlalu lelah untuk pergi. Hingga yang tersisa hanya tangis yang terisak menahan perih. 

Jember, pernahkah kau mengunjunginya lagi?
Kamu akan melihat segala kenanganmu mengisi setiap ruang-ruang sunyi. Terdiam, menunggu untuk kelak kau sapa lagi.

Jember adalah aku, kamu, dan kita di waktu yang tak lagi bisa kita miliki.


Liliy | Surabaya, 22 November 2017

Note: Kali ini saya ingin sekali percaya. Dalam jarak yang tuhan ciptakan pasti akan ada jalan untuk kembali.

Share:

0 comment:

Post a Comment