Wednesday, 17 May 2017

Mengeluh dan Bersyukur

Allah tak pernah janjikan langit selalu biru, jalan hidup tanpa batu, matahari tanpa hujan, kebahagiaan tanpa perjuangan. Tapi Allah janjikan kemudahan bersama kesulitan, rahmat dalam ujian, ganjaran buat kesabaran, keteguhan dalam perjuangan. Bukankah indahnya pelangi baru kita rasakan setelah turunnya hujan? (via achmadlutfi)
Akhir-akhir ini sering kali saya merasa apa yang telah saya kerjakan tak sebanding dengan apa yang saya dapat. Saya semakin merasa kian hari menjalani hidup semakin sulit. Setidaknya dari akhir tahun lalu saya selalu berfikir seperti itu, mungkin hari ini juga. Bagaimana semua cobaan itu datangnya berturut-turut hanya menyisakan sedikit ruang untuk saya bernafas untuk kemudian menghadapi cobaan lainnya. 

Terlebih dua bulan terakhir ini ketika saya berkutat dengan skripsi. Banyak sekali hal-hal di luar ekspektasi. Saya ingat sekali dua minggu sebelum seminar ketika saya merasa sangat insecure terhadap kemampuan saya sendiri. Apalagi tekanan dari beberapa orang yang tanpa sadar membuat semangat saya menjadi turun. Saya selalu menangis setiap malam saat itu, di jam-jam yang tak ada orang tau. Saya merasa sangat sendirian dimana saya merasa tidak ada seorangpun yang akan mengerti dan paham akan apa yang saya alami dan betapa tertekannya saya saat itu. 

Tetapi saya tahu Tuhan maha baik, Allah selalu memberikan kesulitan dan kemudahan dalam satu paket. Selalu akan ada orang yang tulus peduli kemudian memberikan semangat kepada saya bahwa semua masalah pasti ada akhirnya. Teman saya tersebut mengingatkan kembali bahwa Tuhan tak akan memberikan cobaan diluar kemampuan mahluknya. Bahkan saya masih ingat kata-kata yang yang seolah menampar saya yang tiada hentinya mengeluh mengenai dosen pembimbing yang tak bisa diajak kompromi. Katanya "Jangan pernah mengeluh pada sesuatu yang pasti ada ujungnya" karena ini bagian dari proses yang seharusnya dinikmati. 

Kemudian, saat saya mulai putus asa saya teringat kembali masa-masa sekolah saya dahulu. Bagaimana kerasnya saya berjuang dan berusaha untuk bisa masuk perguruan tinggi negeri. Saya yang menangis di depan Bapak, memohon agar diijinkan mengenyam pendidikan yang lebih tinggi. Saya yang harus berjuang kesana kemari mencari beasiswa untuk meringankan beban Bapak nantinya. Hingga saya tersadar cobaan yang saya alami saat ini adalah segala bentuk konsekuensi yang harus saya terima dan jalani atas pilihan-pilihan saya yang terdahulu. Saya harus bertanggung jawab dengan apa yang telah saya pilih ketika menginjakkan kaki di kota ini. Karena itulah akhirnya saya bisa bersyukur atas segala sesuatu yang terjadi belakangan ini.

Hingga saat ini dapat mengenyam pendidikan setinggi ini, kuliah di kampus ini adalah sesuatu yang harusnya saya syukuri. Saya percaya semua usaha dan kerja keras, tangisan saya setiap malam ini akan terlihat hasilnya. Saya hanya harus berikhtiar dan menunggu dengan sabar. Di lain waktu saya teringat apa yang selalu ibu ajarkan pada saya 'mengeluh dan bersyukur'. Mengeluhlah jika dirasa itu perlu, tapi jangan lupa untuk lebih banyak lah bersyukur untuk hidupmu. Karena dapat merasakan manis pahitnya hidup hingga saat ini adalah hal yang harus disyukuri. 

Tapi dari segala peristiwa yang telah saya alami belakangan ini saya tau bahwa Tuhan selalu ada, bahkan saat saya merasa sendirian. Saya hanya tak pernah menyadarinya. Mungkin saya memang masih perlu banyak belajar; bersabar dan besyukur.


21 Mei 2017
Linda



p.s Sebentar lagi Pak, Buk. Tolong jangan pernah lelah untuk selalu mendoakan putrimu yang sedang berjuang ini. Mengecewakan Bapak dan Ibu bukan pilihan yang akan Linda ambil, jadi bersabar ya Pak, Buk. Maaf harus membuat kalian menunggu. 

Share:
Read More

Sunday, 12 February 2017

,

Selamat Jalan Rahma

full team doing gaya rahma


Tulungagung, 12 Februari 2017
Hi ma,
Selamat pagi. Hari ini kami menghabiskan 7 jam perjalanan dari jember ke tulungagung untuk memenuhi janji mengunjungimu full team ber8. Selain itu, kami semua juga rindu kamu ma.


Ma, kamu seneng gak kita semua mengunjungimu? Menemui ayah, ibu dan saudara saudaramu. Kedua orang tuamu tenang sekali ketika melihat kedatangan kami. Namun tentu saja raut kehilangan masih tergambar jelas dalam diri meraka, kehilangan bungsu yang paling disayang memang tak semudah itu. Tapi beliau tidak menunjukan itu kepada kami ma, beliau tabah sekali. Kami hampir dibuat malu karena secengeng itu.

Makammu hari ini basah karena pagi ini Tulungagung sedikit hujan, karenanya pula kami jadi sedikit telat mengunjungimu dari waktu yang di perkirakan. Aku rasa tadi pagi kamu sedang bersama kami ya ma. Karena di depan makammu, tangis kami semua pecah secara bersamaan. Hanya panji dan raly yang terlihat menahan untuk tak ikut membuncahkan emosi mereka.

Kamu tau ma, aku tak tega melihat agam hari ini. Seseorang yang kamu sayang menangis tak tertahankan. Entah ma, mungkin karena aku tak pernah melihat ia seemosional ini. Ma, terkadang aku iri denganmu bisa disayangi sedemikian hebat olehnya. Tapi juga tak bisa aku pungkiri jika mengagumi hubungan kalian yang sederhana. Aku tak menyangka kalian akan berpisah sedemikian rupa. Seperti yang sering kali kamu katakan, sejatinya manusia tidak akan tahu takdir apa yang ada di depan mereka.

Dan sekarang kami pamit pulang dulu ya ma, kami harus kembali untuk menyelesaikan tugas kami di kota perantauan. Lain kali kami ber8 pasti akan mengunjungimu lagi. Entah kapan kita belum tahu pasti. Doakan kita ya ma untuk selalu kompak dan saling menguatkan. Kami menyayangimu.

Selamat jalan Rahma.

Linda
Share:
Read More

Saturday, 11 February 2017

,

Sebening Kuah Soto



Jember, 11 Februari 2017
Halo Lian,

Aku merasa asing sekali memanggilmu Lian di surat ini, karena hasutan si Johan aku lebih sering memanggilmu "ibuk". Jadi salahkan saja dia untuk penyebutan yang tidak lazim ini. Aku akan memikirkan panggilan lain untukmu lain kali.

Sebenarnya, aku agak kebingungan ketika menulis surat ini. Aku harus menulis apa? Karena aku belum mengenalmu sedekat itu. Tapi Lian yang aku tahu beberapa bulan ini adalah Lian yang sebening kuah soto ayu, tak usah kecap, jeruk, sambal sudah nikmat. Seperti itupun kamu, apa adanya tak perlu apapun sudah sangat menarik banyak mata. Semakin lama, aku lebih mengenalmu dengan baik. Lian yang selalu bersemangat, terlihat lugas dan tegas walaupun sebenarnya tak ada yang tau hatimu serapuh apa.

Aku rasa kita berdua beberapa kali berada di posisi yang sama. Sedang berusaha menyelesaikan TA kita. Sering juga koalisi untuk membalas twit Fai yang super menyebalkan itu. Dan sepertinya, kita juga sedang berusaha untuk belajar mengikhlaskan sesuatu yang sudah pergi. As i know, you're never play victim when dealing with your past. Even, you never make yourself look pitiful.  You just carry your problem by yourself. You're sure a tough and independent girl that i look at. For that matter, i love being around with you to learn how to stand up for myself like you did.

Terimakasih sudah mau berteman denganku ya Lian, juga sudah pernah mau mendengarkan sedikit ceritaku tentang seseorang. Semoga kamu bisa jadi scriptwriter sukses di hari yang akan datang. Untuk saat ini semoga kita berdua lulus dari kampus ini, secepatnya.

Adios
Linda

Share:
Read More

Friday, 10 February 2017

,

Surat untuk Omo



Jember, 10 Februari 2017

Selamat sore mas Galang.
Sudah dua tahun berlalu sejak surat yang terakhir aku kirimkan kepadamu. Jadi bagaimana mas? apa mas Galang masih bingung dengan surat-suratku? Aku tau mas Galang pasti masih tak mengerti, masih menaikkan alismu ketika membaca suratku yang kedua ini. Biar aku jelaskan sekali lagi mas, tahun ini aku menulis surat ini untuk mengucapkan terima kasih karena sudah menjadi "omo" yang baik buat aku dan teman-teman.

Pertama, biar kan aku mengucapkan selamat kelulusanmu bulan lalu karea aku tak bisa datang ke acara wisudamu. Akhirnya kamu tidak jadi menghabiskan waktu di kampus selama 7 tahun. Sebenarnya aku lebih suka mas Galang berlama-lama di kampus, menghabiskan waktu bersama kami, lulus bersama kami juga tak apa. Tapi itu namanya egois kan mas. Aku ingin mas Galang cepat keluar kampus ini, agar segera berpetualang ke kampus yang baru, tentu saja untuk menempuh pendidikan Master of Linguistics. Aku yakin jika itu mas Galang pasti semua kajian ilmu itu dapat ditaklukan dengan baik. Mas Galang kan "omo" kami yang super, calon professor linguistics dambaan para mahasiswa. hhehe 

Ah iya, cepat sembuh juga mas, kata mas Rizal minggu lalu kamu terserang penyakit tifus hingga menunda untuk kembali ke kampung halaman. Maaf  aku sempat tertawa karena hal itu terdengar lucu. Saat mengerjakan tugas akhir tak satupun ku dengar dirimu tak sehat, tapi setelah wisuda dan dinyatakan lulus kamu malah terkapar tak berdaya. Mungkin kamu masih demam kampus mas, sebagian dari dirimu tak rela meninggakan Univ Jember yang kamu cinta.

Sudah cukup basa basinya, ini akan jadi bagian akhir suratku untukmu mas. Omo, terima kasih karena sudah selalu mengingatkan linda untuk selalu jadi pribadi yang lebih baik. Aku tak tau apa jadinya jika waktu itu tak kamu marahi habis-habisan karena aku menangis tak kunjung henti. Terima kasih karena sudah menjadi orang yang tetap mau medengarkan keluhanku ketika semua tak lagi mudah. Aku akan selalu menjadi Linda yang mas Galang inginkan. Linda yang tidak akan pernah menangis di depan teman-teman. Yang akan menjaga persahabatan kami agar tak akan pernah  putus di tengah jalan. Terus doakan Linda agar selalu kuat ya mas.

Aku harap mas Galang tak pernah bosan mempunyai adik-adik yang kurang ajar seperti kami berlima. Jangan lupakan kami di tempatmu yang baru ya mas. Kami menyayangimu, sangat menyayangimu.

Linda
juniormu yang masih suka minta beng-beng
Share:
Read More

Thursday, 9 February 2017

,

Tentang Jarak

4 januari 2017, di puncak tertinggi watu dodol


Jember, 9 Februari 2017


Untuk kamu, orang yang selalu membuatku bingung harus berkata apa

Hari ini aku cukup gelisah, benar-benar tak tau harus berbuat apa. Aku tau ini sulit, jarak sedemikian jauh sudah cukup menyiksa. Jadi bisakah kau mendengarkan sedikit saja. 

Baru saja beberapa jam yang lalu kita masih satu kota. Baru saja beberapa hari ini aku merasa bahagia karena jarak tak lagi ada. Tapi pertemuan memang tak akan pernah seabadi itu. Sekarang kita di sini, pasrah lagi terhadap jarak yang kian membentangi. Mari kita mulai lagi ritual ini, usaha-usaha yang kita lakukan untuk memperkecil jarak ratusan kilometer jauhnya; chat-chat yang berhamburan dan video call tengah malam.

Ada kalanya dalam hubungan ini kita membangun angan-angan yang hanya memiliki sedikit peluang untuk menjadi nyata, seperti halnya jalan berdua. Bagaimana rasanya kita diburu waktu, menghabiskan waktu selama beberapa jam hanya untuk mewujudkan angan selama berbulan-bulan tak bertemu. Tak akan ada yang pernah cukup, karena rasa rindu ini pun tak pernah mau mengerti tentang jarak. Ada pula kalanya kita dikecawakan oleh keadaan, merencanakan pertemuan sedemikian rupa namun gagal ditengah perjalanan entah karena sibukmu atau sibukku. Bahkan ada saat dimana harga tiket kereta tak lagi berharga dibanding meluapkan rindu untuk bertemu. 

Pada akhirnya, seringku pasrah kepada waktu karena kita terpisah jarak. Bahkan jika tak pernah ada jarak sejauh ini kita tak pernah bisa saling menemukan kembali. Semoga sibukmu dan sibukku hari ini adalah sibuk yag diperhitungkan oleh Tuhan. Kita hanya perlu berusaha hingga semua akan indah pada waktunya, aku percaya.

Linda
Share:
Read More