Thursday 30 October 2014

Fiksi yang belum selesai


The hardest thing of ‘Good bye’   is when we know we will never say ‘Hello’  again.
Setiap pertemuan pasti akan berakhir dengan perpisahan
Setiap nafas pasti akan berakhir dengan kematian
Dan Aku percaya bahwa segala sesuatu itu pasti ada awal dan akhirnya,
Meskipun aku membenci kenyataan itu.

Pria itu terdiam di tempat duduknya. Dengan perasaan tak menentu memandangi Gadis di hadapannya yang juga sama membisu. Masih dengan jemarinya yang mengitari bibir cangkir di hadapannya yang masih mengepulkan uap dan menebarkan aroma espresso yang belum tersentuh.
Gadis itu masih diam, tak berniat membuka percakapan. Atau memang tak mampu. Bibirnya terasa kering dan kaku, sekalipun salju turun dan menggunung di sepanjang jalanan di luar café. Mungkin bukan karena udara hangat yang terlalu berlebihan yang dirasakannya. Melainkan karena gadis itu pun telah sedingin salju itu sendiri. Beku dan mati.
Share:
Read More

Friday 3 October 2014

Susu Putih Kaleng

"Apa salah bagi perempuan untuk menyatakan cintanya terlebih dahulu pada laki-laki?" Firza mengunyah roti cokelatnya lamat-lamat, seakan tak ingin rotinya habis. Disebelahnya Dalyn hanya menanggapi dengan deheman, kedua manik matanya menerawang jauh menembus tembok di depan mereka yang sudah lapuk.
"Itu," ucapnya lirih, "tergantung persepsi orangnya. Kalau bagi laki-laki, bisa saja dia anggap hinaan karena perempuan yang menyatakan," manik matanya masih konsisten menerawang.
Kini giliran Firza yang berdehem. Remah-remah roti cokelat kunyahannya jatuh ke pangkuan paha berbalut jeans yang ia kenakan.
"Kalau bagiku sendiri, hal itu rasanya tabu karena aku tipe orang yang bingung bila laki-lakinya menolak," ada tawa kecil saat Dalyn mengakhiri kalimatnya. Tawa yang entah mengapa terasa nyinyir di bibir, tawa mengasihani diri sendiri mungkin.
"Tapi tidak bagi beberapa perempuan," lanjutnya lagi.
Firza yang sedari tadi mendengarkan sambil menggigiti roti cokelatnya, akhirnya tersenyum sumbang. Pembicaraan mereka terasa hambar, sama hambarnya dengan susu putih kaleng yang kini berada di tengah mereka, menunggu untuk diminum.

-Zafirna 

ditulis saat berteduh dibawah atap basecamp EDSA dengan perasaan getir masing masing.



Share:
Read More

Wednesday 6 August 2014

Dialog

"hei apa kabar? ini sombong enggak pernah ngehubungin"

"heh enggak, kamu tau aku ikut challenge tapi enggak selesai gara gara tugas kuliahku nupuk"

"alesan selalu ada saja ya, hei aku rindu sama cerita - cerita kamu"

"benarkah? sampai mana dulu aku bercerita?"

"bagian paling akhir dan kamu hampir menamatkan ceritamu waktu itu, hingga kau akhirnya menunda untuk menceritakan lagi"

"oh itu, aku enggak tau gimana harus mengakhirinya, aku perlu waktu untuk menceritakan akhirnya kepadamu"

"hei sadar kau sudah tak lagi menceritakannya sejak 2011 dan sekarang sudah pertengahan tahun 2014, seharusnya kau sudah menceritakan akhirnya ke aku"

"ah kamu ini, kau kira itu perkara mudah?"

"kelihatannya seperti itu, yasudah si tokoh utama jodohkan saja denganku agar jadi akhir yang bahagia"

"ha? sejak kapan kau tertarik dengan tokoh utama itu"

"aku tau kau membuat tokoh utama yang menyebalkan agar aku tak lagi suka,  tapi itu tumbuh dipikiranku begitu saja"

"oohhhh"

"cuma oohh?"

"kau suka Aga?"

"mungkin iya"

"tunggu saja, akan kuperkenalkan dia ke kamu"

"Aga itu nyata?"

"Tentu saja, kau pikir aku menuliskan sebuah tokoh hanya dari khayalanku saja?"

"kupikir memang begitu, ayo kalo begitu"

"kemana? ke Aga "
Share:
Read More