Wednesday, 22 November 2017

,

Menggali ingatan



Untuk yang tak lagi dapat kupeluk

Jember adalah sebaik-baiknya perantauan.
Tempat mimpimu disemat untuk kemudian beradu dengan peluh dan malam-malam yang gaduh.

Kota ini pernah sehangat matahari musim semi. Menghangatkan harapan yang dilupakan. Merengkuh setiap doa yang dipanjatkan.

Ada kalanya kota ini menjelma badai di musim penghujan. Menghempas segala yang kau punya. Memporak porandakan apa yang telah kau bangun sejak lama.

Kiranya Jember adalah janji yang ingkar. Tentang ribuan rencana yang ditinggalkan oleh kisah yang pernah kita perjuangkan.
Lenyap, janji itu makin tertinggal di belakang, sejauh kakimu dilangkahkan.

Jember adalah saksi bahwa rindu seharusnya tak buru dipangkaskan. Karena tepat saat keretamu bertolak pergi. Kenanganmu tertahan tanpa bisa mengejarmu lagi.

Ahirnya Jember berubah menjadi kegetiranku pukul 4 pagi. Terlalu enggan untuk tinggal, terlalu lelah untuk pergi. Hingga yang tersisa hanya tangis yang terisak menahan perih. 

Jember, pernahkah kau mengunjunginya lagi?
Kamu akan melihat segala kenanganmu mengisi setiap ruang-ruang sunyi. Terdiam, menunggu untuk kelak kau sapa lagi.

Jember adalah aku, kamu, dan kita di waktu yang tak lagi bisa kita miliki.


Liliy | Surabaya, 22 November 2017

Note: Kali ini saya ingin sekali percaya. Dalam jarak yang tuhan ciptakan pasti akan ada jalan untuk kembali.

Share:
Read More

Friday, 3 November 2017

Disillusion

pikore


I'm sad
in the despair of my self agony.
When the sun passed by
and the darkness had interfered the sky,
I saw your retreating back
faded away in a distance.
And for long,
I've been living in the darkness
waiting in my bewilder feeling
waiting for your uncertain coming
as much as I may wish for
I should know
you never will.

Liliy | Jember, 02 May 2017
Share:
Read More
,

Wandering in the Old Town



Bulan lalu saya sempat menghabiskan waktu di Semarang selama satu minggu dan selama hampir seminggu itu pula hanya dihabiskan di dalam rumah karena Semarang panasnya tidak manusiawi. Tapi, sehari sebelum saya pulang ke Banyuwangi saya sudah berjanji pada diri sendiri untuk setidaknya jalan-jalan di Semarang. Sebenarnya agak clueless harus ke mana, baru ketiga kali ini ke semarang dan hampir tidak pernah kemana-mana. Jadi saya benar-benar buta arah dan hanya mengandalkan Google Maps untuk melihat jalan dan tempat yang akan saya kunjungi. Akhirnya setelah pergolakan batin, saya memutukan utuk ke Kota Lama saja karena disebut-sebut sebagai Little Netherlands. 

Titik poin saya saat itu adalah Taman Srigunting. Ruang terbuka hijau yang berada di tengah-tengah kota lama. Saat saya tiba di sana taman ini cukup ramai dengan orang-orang yang berfoto dengan instalasi yang sudah disediakan seperti sepeda, bunga, dan becak. Cukup membayar seikhlasnya saja sudah bisa berfoto sepuasnya. Saya berhenti sebentar di taman Srigunting sambil mengamati sekitar, baru setelah itu saya menentukan saya mau berkunjung ke mana dulu. Dan ini beberapa tempat yang sempat saya kunjungi ketika di Kota Lama.

Semarang Contemporary Art Gallery



Semarang Gallery adalah salah satu objek wisata seni yang wajib dikunjungi saat ke Kota Lama Semarang. Awalnya saya mengira bahwa ini  museum milik pemerintah kota, namun ternyata ini adalah gallery milik pribadi. Lokasinya tak jauh dari taman Srigunting dan cukup bayar 10.000 rupiah saja sudah bisa menikmati koleksi lukisan serta instalasi karya yang ada.  Petugasnya ramah dan sabar ketika berulang kali saya tanya maksud dari berbagai lukisan yang ada di sana. Maklumlah saya ini buta sekali dengan seni. Kemudian dalam hati ingin sekali foto dengan salah satu karya seni yang ada, tapi kok hati kecil saya ini langsung nyolot dengan mengatakan "eksistensimu merusak karya seni li", jadi saya urungkan lah niat buat berfoto dengan salah satu lukisan di sana.




Pasar Barang Antik Klitikan



Tepat di samping kanan taman Srigunting berjejer stand-stand penjual barang antik mulai dari piring, radio, gelang, koran, komik lawas, kamera analog bahkan ada pecahan uang jaman dulu. Berada di Pasar Klithikan ini mengingatkan saya pada film-film jadul. Saya cuma bisa mengamati dan sesekali memotret barang yang ada selebihnya saya tidak berani menanyakan harga yang ada. Ya maklum wisatawan budget minim ya begini.




Gereja Bleduk



Sebenarnya ketiga tempat yang saya kunjungi ini semacam paket lengkap dalam satu lingkup wilayah dan tempatnya pun tak berjauh-jauhan kaya hubungan kita. Jika di sebelah kanan Taman Srigunting ada Pasar Klithikan, maka di sebelah kirinya berdiri kokoh gereja dengan arsiktektur Eropa yang lebih dikenal dengan Gereja Blenduk karena bentuk kubahnya. Hingga kini Gereja ini masih aktif dijadikan tempat ibadah dan bukan hanya bangunan wisata saja. Saya kurang tahu juga gereja ini dibuka untuk umum apa tidak, karena saat saya sampai di sana sudah terlalu sore dan pintu gerejanya sudah di tutup. Jadi maafkan, untuk itu saya hanya sempat memotret bangunan luarnya saja dan itupun tidak mumpuni karena susah sekali bagi saya untuk menentukan spot foto terbaik karena saya takut ditabrak orang.

Setelah selesai dari gerejea bleduk saya mulai bingung akan ke mana lagi, jadi saya hanya terus berjalan ke mana kaki saya melangkah. saat itu saya sudah seperti anak hilang di kota orang, saya berjalan ke arah barat kemudian mempotret sebentar kemudian balik lagi. Tapi perjalanan saya kali ini lebih seru dibanding perjalanan saya sebelumnya karena kali ini saya benar-benar sendiri. Dan asiknya lagi wisata kota lama semarang ini menurut saya sangat ramah untuk female solo traveller. Saya berjalan sendiri kemanapun tanpa ada gangguan, catcalling maupun street harassment. Warganya pun sangat ramah ketika saya menanyakan arah maupun letak tempat. Intinya saya sangat menikmati menghabiskan akhir pekan mengelilingi kota lama. Nanti jika saya diberi kesempatan mejadi bagian dari Semarang lagi saya pastikan untuk kembali mengunjungi Kota Lama.




*In regards to the title of this blog post i use wandering instead of exploring because wandering is not always lost. My friend used to ask to me when they know i'd been travelling alone whether i was lonely to travel by myself or i was ever afraid of getting lost. The answer was no, is no, and will be no. I think becoming a solo traveler is fun, it's an opportunity to explore something new, to encounter the new friends, socialize with the local people, and more importantly to know your self better. Instead of relying on travel partner i prefer travel alone. However, I really enjoyed my weekend gateway in Semarang Old Town.

Liliy

Share:
Read More

Wednesday, 11 October 2017

Pisang Bakar Keju Ijen Shelter



Di penghujung bulan September kemarin saya dan Vanadia sempat bingung akan main ke mana. Padahal di Banyuwangi tak sedikit destinasi wisata yang bisa jadi pilihan, tapi tetap saja teman saya yang zodiaknya Gemini ini selalu geleng kepala setiap saya ajukan opsi tempat wisata dengan alasan sudah pernah kesana. Maklum teman saya ini adalah satu diantara anak hitz Banyuwangi yang menyandang status Duta Wisata Banyuwangi 2015 jadi pantas saja semua sudah dikunjungi. Beda halnya dengan saya yang tidak pernah pulang ke Banyuwangi dan sekalinya pulang hanya ngerem di kamar.
Akhirnya setelah saya sudah kehabisan ide, teman saya akhirnya bilang jika dia ingin  ke Ijen Shelter. Mbok ya dari awal bilang biar saya gak usah mumet mikirin tempat. Tapi karena teman saya ini cantik, baik, pintar, bersahaja, dan saya tidak punya pilihan lain, jadi saya segera mengiyakan saja.
Share:
Read More

Saturday, 29 July 2017

Kembali Pulang

Kemarin hujan warnanya biru
sepertinya juga kelabu
menurutnya hujan warna warni
karna ia sering kali melintasi.
Kadang ia bermimpi jadi bunga matahari
mekar pagi
kuncup senja
apa kata sang matahari.
Bukankah manusia juga
mengikuti apa yang dikehendaki pencipta
tapi matahari tidak mencipta bunga.
Aku bingung.
Tuhan,
Apa tidak ngantuk?
Tuhan,
Apa tidak capek?
Tuhan,
Aku ingin naik balon udara
ingin melihat hujan yang ia lihat
tapi jadi pelikan juga tak apa
terbang bersamanya
atau jadi ikan
Melihatnya sebal di pinggir kolam.
Tuhan, pernah lelah tidak?
Rasanya banyak sekali keluhan
Tuhan, kenapa tidak menyenangkan semua orang?
Rasanya rasa nelangsa makin bersarang
Tuhan, bisa minta bantuan?
Biarkan segala perasaan dan rasa sakit ini ditelan lindap
Tuhan, bunga mataharinya lelap.
Share:
Read More

Wednesday, 17 May 2017

Mengeluh dan Bersyukur

Allah tak pernah janjikan langit selalu biru, jalan hidup tanpa batu, matahari tanpa hujan, kebahagiaan tanpa perjuangan. Tapi Allah janjikan kemudahan bersama kesulitan, rahmat dalam ujian, ganjaran buat kesabaran, keteguhan dalam perjuangan. Bukankah indahnya pelangi baru kita rasakan setelah turunnya hujan? (via achmadlutfi)
Akhir-akhir ini sering kali saya merasa apa yang telah saya kerjakan tak sebanding dengan apa yang saya dapat. Saya semakin merasa kian hari menjalani hidup semakin sulit. Setidaknya dari akhir tahun lalu saya selalu berfikir seperti itu, mungkin hari ini juga. Bagaimana semua cobaan itu datangnya berturut-turut hanya menyisakan sedikit ruang untuk saya bernafas untuk kemudian menghadapi cobaan lainnya. 

Terlebih dua bulan terakhir ini ketika saya berkutat dengan skripsi. Banyak sekali hal-hal di luar ekspektasi. Saya ingat sekali dua minggu sebelum seminar ketika saya merasa sangat insecure terhadap kemampuan saya sendiri. Apalagi tekanan dari beberapa orang yang tanpa sadar membuat semangat saya menjadi turun. Saya selalu menangis setiap malam saat itu, di jam-jam yang tak ada orang tau. Saya merasa sangat sendirian dimana saya merasa tidak ada seorangpun yang akan mengerti dan paham akan apa yang saya alami dan betapa tertekannya saya saat itu. 

Tetapi saya tahu Tuhan maha baik, Allah selalu memberikan kesulitan dan kemudahan dalam satu paket. Selalu akan ada orang yang tulus peduli kemudian memberikan semangat kepada saya bahwa semua masalah pasti ada akhirnya. Teman saya tersebut mengingatkan kembali bahwa Tuhan tak akan memberikan cobaan diluar kemampuan mahluknya. Bahkan saya masih ingat kata-kata yang yang seolah menampar saya yang tiada hentinya mengeluh mengenai dosen pembimbing yang tak bisa diajak kompromi. Katanya "Jangan pernah mengeluh pada sesuatu yang pasti ada ujungnya" karena ini bagian dari proses yang seharusnya dinikmati. 

Kemudian, saat saya mulai putus asa saya teringat kembali masa-masa sekolah saya dahulu. Bagaimana kerasnya saya berjuang dan berusaha untuk bisa masuk perguruan tinggi negeri. Saya yang menangis di depan Bapak, memohon agar diijinkan mengenyam pendidikan yang lebih tinggi. Saya yang harus berjuang kesana kemari mencari beasiswa untuk meringankan beban Bapak nantinya. Hingga saya tersadar cobaan yang saya alami saat ini adalah segala bentuk konsekuensi yang harus saya terima dan jalani atas pilihan-pilihan saya yang terdahulu. Saya harus bertanggung jawab dengan apa yang telah saya pilih ketika menginjakkan kaki di kota ini. Karena itulah akhirnya saya bisa bersyukur atas segala sesuatu yang terjadi belakangan ini.

Hingga saat ini dapat mengenyam pendidikan setinggi ini, kuliah di kampus ini adalah sesuatu yang harusnya saya syukuri. Saya percaya semua usaha dan kerja keras, tangisan saya setiap malam ini akan terlihat hasilnya. Saya hanya harus berikhtiar dan menunggu dengan sabar. Di lain waktu saya teringat apa yang selalu ibu ajarkan pada saya 'mengeluh dan bersyukur'. Mengeluhlah jika dirasa itu perlu, tapi jangan lupa untuk lebih banyak lah bersyukur untuk hidupmu. Karena dapat merasakan manis pahitnya hidup hingga saat ini adalah hal yang harus disyukuri. 

Tapi dari segala peristiwa yang telah saya alami belakangan ini saya tau bahwa Tuhan selalu ada, bahkan saat saya merasa sendirian. Saya hanya tak pernah menyadarinya. Mungkin saya memang masih perlu banyak belajar; bersabar dan besyukur.


21 Mei 2017
Linda



p.s Sebentar lagi Pak, Buk. Tolong jangan pernah lelah untuk selalu mendoakan putrimu yang sedang berjuang ini. Mengecewakan Bapak dan Ibu bukan pilihan yang akan Linda ambil, jadi bersabar ya Pak, Buk. Maaf harus membuat kalian menunggu. 

Share:
Read More

Sunday, 12 February 2017

,

Selamat Jalan Rahma

full team doing gaya rahma


Tulungagung, 12 Februari 2017
Hi ma,
Selamat pagi. Hari ini kami menghabiskan 7 jam perjalanan dari jember ke tulungagung untuk memenuhi janji mengunjungimu full team ber8. Selain itu, kami semua juga rindu kamu ma.


Ma, kamu seneng gak kita semua mengunjungimu? Menemui ayah, ibu dan saudara saudaramu. Kedua orang tuamu tenang sekali ketika melihat kedatangan kami. Namun tentu saja raut kehilangan masih tergambar jelas dalam diri meraka, kehilangan bungsu yang paling disayang memang tak semudah itu. Tapi beliau tidak menunjukan itu kepada kami ma, beliau tabah sekali. Kami hampir dibuat malu karena secengeng itu.

Makammu hari ini basah karena pagi ini Tulungagung sedikit hujan, karenanya pula kami jadi sedikit telat mengunjungimu dari waktu yang di perkirakan. Aku rasa tadi pagi kamu sedang bersama kami ya ma. Karena di depan makammu, tangis kami semua pecah secara bersamaan. Hanya panji dan raly yang terlihat menahan untuk tak ikut membuncahkan emosi mereka.

Kamu tau ma, aku tak tega melihat agam hari ini. Seseorang yang kamu sayang menangis tak tertahankan. Entah ma, mungkin karena aku tak pernah melihat ia seemosional ini. Ma, terkadang aku iri denganmu bisa disayangi sedemikian hebat olehnya. Tapi juga tak bisa aku pungkiri jika mengagumi hubungan kalian yang sederhana. Aku tak menyangka kalian akan berpisah sedemikian rupa. Seperti yang sering kali kamu katakan, sejatinya manusia tidak akan tahu takdir apa yang ada di depan mereka.

Dan sekarang kami pamit pulang dulu ya ma, kami harus kembali untuk menyelesaikan tugas kami di kota perantauan. Lain kali kami ber8 pasti akan mengunjungimu lagi. Entah kapan kita belum tahu pasti. Doakan kita ya ma untuk selalu kompak dan saling menguatkan. Kami menyayangimu.

Selamat jalan Rahma.

Linda
Share:
Read More

Saturday, 11 February 2017

,

Sebening Kuah Soto



Jember, 11 Februari 2017
Halo Lian,

Aku merasa asing sekali memanggilmu Lian di surat ini, karena hasutan si Johan aku lebih sering memanggilmu "ibuk". Jadi salahkan saja dia untuk penyebutan yang tidak lazim ini. Aku akan memikirkan panggilan lain untukmu lain kali.

Sebenarnya, aku agak kebingungan ketika menulis surat ini. Aku harus menulis apa? Karena aku belum mengenalmu sedekat itu. Tapi Lian yang aku tahu beberapa bulan ini adalah Lian yang sebening kuah soto ayu, tak usah kecap, jeruk, sambal sudah nikmat. Seperti itupun kamu, apa adanya tak perlu apapun sudah sangat menarik banyak mata. Semakin lama, aku lebih mengenalmu dengan baik. Lian yang selalu bersemangat, terlihat lugas dan tegas walaupun sebenarnya tak ada yang tau hatimu serapuh apa.

Aku rasa kita berdua beberapa kali berada di posisi yang sama. Sedang berusaha menyelesaikan TA kita. Sering juga koalisi untuk membalas twit Fai yang super menyebalkan itu. Dan sepertinya, kita juga sedang berusaha untuk belajar mengikhlaskan sesuatu yang sudah pergi. As i know, you're never play victim when dealing with your past. Even, you never make yourself look pitiful.  You just carry your problem by yourself. You're sure a tough and independent girl that i look at. For that matter, i love being around with you to learn how to stand up for myself like you did.

Terimakasih sudah mau berteman denganku ya Lian, juga sudah pernah mau mendengarkan sedikit ceritaku tentang seseorang. Semoga kamu bisa jadi scriptwriter sukses di hari yang akan datang. Untuk saat ini semoga kita berdua lulus dari kampus ini, secepatnya.

Adios
Linda

Share:
Read More

Friday, 10 February 2017

,

Surat untuk Omo



Jember, 10 Februari 2017

Selamat sore mas Galang.
Sudah dua tahun berlalu sejak surat yang terakhir aku kirimkan kepadamu. Jadi bagaimana mas? apa mas Galang masih bingung dengan surat-suratku? Aku tau mas Galang pasti masih tak mengerti, masih menaikkan alismu ketika membaca suratku yang kedua ini. Biar aku jelaskan sekali lagi mas, tahun ini aku menulis surat ini untuk mengucapkan terima kasih karena sudah menjadi "omo" yang baik buat aku dan teman-teman.

Pertama, biar kan aku mengucapkan selamat kelulusanmu bulan lalu karea aku tak bisa datang ke acara wisudamu. Akhirnya kamu tidak jadi menghabiskan waktu di kampus selama 7 tahun. Sebenarnya aku lebih suka mas Galang berlama-lama di kampus, menghabiskan waktu bersama kami, lulus bersama kami juga tak apa. Tapi itu namanya egois kan mas. Aku ingin mas Galang cepat keluar kampus ini, agar segera berpetualang ke kampus yang baru, tentu saja untuk menempuh pendidikan Master of Linguistics. Aku yakin jika itu mas Galang pasti semua kajian ilmu itu dapat ditaklukan dengan baik. Mas Galang kan "omo" kami yang super, calon professor linguistics dambaan para mahasiswa. hhehe 

Ah iya, cepat sembuh juga mas, kata mas Rizal minggu lalu kamu terserang penyakit tifus hingga menunda untuk kembali ke kampung halaman. Maaf  aku sempat tertawa karena hal itu terdengar lucu. Saat mengerjakan tugas akhir tak satupun ku dengar dirimu tak sehat, tapi setelah wisuda dan dinyatakan lulus kamu malah terkapar tak berdaya. Mungkin kamu masih demam kampus mas, sebagian dari dirimu tak rela meninggakan Univ Jember yang kamu cinta.

Sudah cukup basa basinya, ini akan jadi bagian akhir suratku untukmu mas. Omo, terima kasih karena sudah selalu mengingatkan linda untuk selalu jadi pribadi yang lebih baik. Aku tak tau apa jadinya jika waktu itu tak kamu marahi habis-habisan karena aku menangis tak kunjung henti. Terima kasih karena sudah menjadi orang yang tetap mau medengarkan keluhanku ketika semua tak lagi mudah. Aku akan selalu menjadi Linda yang mas Galang inginkan. Linda yang tidak akan pernah menangis di depan teman-teman. Yang akan menjaga persahabatan kami agar tak akan pernah  putus di tengah jalan. Terus doakan Linda agar selalu kuat ya mas.

Aku harap mas Galang tak pernah bosan mempunyai adik-adik yang kurang ajar seperti kami berlima. Jangan lupakan kami di tempatmu yang baru ya mas. Kami menyayangimu, sangat menyayangimu.

Linda
juniormu yang masih suka minta beng-beng
Share:
Read More

Thursday, 9 February 2017

,

Tentang Jarak

4 januari 2017, di puncak tertinggi watu dodol


Jember, 9 Februari 2017


Untuk kamu, orang yang selalu membuatku bingung harus berkata apa

Hari ini aku cukup gelisah, benar-benar tak tau harus berbuat apa. Aku tau ini sulit, jarak sedemikian jauh sudah cukup menyiksa. Jadi bisakah kau mendengarkan sedikit saja. 

Baru saja beberapa jam yang lalu kita masih satu kota. Baru saja beberapa hari ini aku merasa bahagia karena jarak tak lagi ada. Tapi pertemuan memang tak akan pernah seabadi itu. Sekarang kita di sini, pasrah lagi terhadap jarak yang kian membentangi. Mari kita mulai lagi ritual ini, usaha-usaha yang kita lakukan untuk memperkecil jarak ratusan kilometer jauhnya; chat-chat yang berhamburan dan video call tengah malam.

Ada kalanya dalam hubungan ini kita membangun angan-angan yang hanya memiliki sedikit peluang untuk menjadi nyata, seperti halnya jalan berdua. Bagaimana rasanya kita diburu waktu, menghabiskan waktu selama beberapa jam hanya untuk mewujudkan angan selama berbulan-bulan tak bertemu. Tak akan ada yang pernah cukup, karena rasa rindu ini pun tak pernah mau mengerti tentang jarak. Ada pula kalanya kita dikecawakan oleh keadaan, merencanakan pertemuan sedemikian rupa namun gagal ditengah perjalanan entah karena sibukmu atau sibukku. Bahkan ada saat dimana harga tiket kereta tak lagi berharga dibanding meluapkan rindu untuk bertemu. 

Pada akhirnya, seringku pasrah kepada waktu karena kita terpisah jarak. Bahkan jika tak pernah ada jarak sejauh ini kita tak pernah bisa saling menemukan kembali. Semoga sibukmu dan sibukku hari ini adalah sibuk yag diperhitungkan oleh Tuhan. Kita hanya perlu berusaha hingga semua akan indah pada waktunya, aku percaya.

Linda
Share:
Read More

Friday, 27 January 2017

Yang tak perlu terulang

Day 10: tulislah sebuah hal yang kamu berjanji tidak akan mengulanginya lagi

Kadang hidup ini penuh penyesalan, penuh dengan hal-hal yang menurut kita tak harus terjadi. Tentu banyak hal yang juga aku sesali, tapi bagiku menyesal juga bukan sesuatu yang dapat memperbaiki suatu kondisi.

Ada hal yang tak akan ingin lagi kulakukan seperti menangisimu tengah malam hingga terdengar hingga ke kamar samping. Tapi itu sudah lama sekali 3 tahun yang lalu, jauh tertinggal di belakang. Namun akan membuat pecah tangis saat terkenang. Aku tak ingin melakukannya lagi. Cukup memalukan.

Aku tak ingin lagi memaksakan sesuatu lagi. Dua tahun ini aku belajar bahwa semua ada waktu dan tempatnya sendiri. Semua yang dipaksa tak akan berakhir dengan baik. Tak usah susah payah mengejar, karena jika hal itu memang untukmu dia akan datang dengan cara yang membahagiakan. Karena semua yang diawali dengan baik akan berakhir dengan baik pula.

Liliy

Share:
Read More

Thursday, 26 January 2017

Untuk sahabat kami yang telah berpulang

Day 9: tulislah surat untuk seseorang

Untuk Rahmawati

Hai, ma. Apa kabar?
Sudah 20 hari sejak kepergianmu, kami disini sedang berjuang ma. Tenang saja, bukan untuk melupakanmu, tapi kami sedang berjuang untuk saling menguatkan dalam menerima kepergianmu.
Banyak hal yang aku sesalkan ma. Seperti kenapa aku tak menunda kepulanganku sehari untuk berlama-lama denganmu, dengan kalian. Kenapa aku pernah memperlakukanmu dengan tidak baik hanya karena aku sedang tidak enak hati.

Maafkan aku karena sering menggodamu. Terkadang mendiamkanmu, sibuk dengan gadgetku sendiri. Maaf aku terlalu suka membuat kamarmu berantakan. Juga sering loncat-loncat di kasurmu, menggulung sprei yang sudah kamu tata rapi. Maafkan aku pula sering numpang makan dan menghabiskan jajanmu. Maafkan karena belum bisa menjadi teman yang baik.

Ma, aku ingin mengantarmu lagi, membeli kue ulang tahun Agam untuk tahun depan. Menemanimu membeli kadonya sekali lagi. Aku ingin bisa liburan lagi bersama, berkunjung ke tempat-tempat yang belum kita kunjungi. Aku ingin mengerjakan skripsi bersama dan juga merayakan kelulusan bersama-sama.

Tapi ma sebesar apa pun inginku untuk membangun kenangan dengamu lagi, itu adalah hal yang mustahil untuk dijalani. Karena aku tau Tuhan maha baik. Tuhan tau kamu sakit dan Dia tak ingin dirimu menahan sakit lebih lama. Perjuanganmu sudah selesai dan sekarang waktunya kamu berbahagia di sana, di tempat terbaik yang telah disediakan Tuhan.

Kami beruntung ma telah memiliki sahabat sepertimu. Yang selalu sabar dan tersenyum menghadapi kelakuan kami semua. Kami bahagia bisa berbagi kenangan denganmu. Kami sayang kamu ma, tapi nyatanya Tuhan lebih sayang dirimu. Kamu akan selalu ada di hati kami Rahmawati.


Liliy
(uutb)
Share:
Read More

Tuesday, 24 January 2017

Surat untuk diriku

Day 7: tulislah tulisan yang membuatmu kuat

Yang sudah menjadi sudah, ya sudah.
Jangan lagi kembali ke situ.
Yang lalu, lalu, biarlah berlalu.
Jangan jadi benalu di kepalamu. -@rahneputri

Kamu tau liy, yang terjadi di masa lalu sudah benar-benar pergi dan tak ada yang bisa diulang. Dia hanya meninggalkan kenangan yang perlu kau pelajari lagi. Semua penyesalanmu tentang segala yang terjadi saat itu tak harusnya kau ungkit, luka itu tak seharusnya kau buka kembali. Kamu tidak boleh hidup dibawah bayang-banyang masa lalu. Kamu tidak boleh hidup dengan rasa benci. Kamu hanya perlu ikhlas dan benar-benar merelakannya pergi.

Tak usah kamu khawatirkan tentang apa yang mereka pikirkan liy. Mereka tak tahu apa yang kamu perjuangkan, tidak tahu apa yang sudah kamu lewati dan beban seperti apa yang kamu tanggung. Mereka hanya pura-pura mengerti dan mengomentari. Hanya kamu seorang yang mengerti seberapa kerasnya kamu berjuang, seberapa banyak kamu bersabar. Anggaplah mereka sebagai pengingat untukmu agar lebih berkerja keras. Sejatinya hidup tak akan jadi bermakna tanpa orang-orang seperti itu.

Tapi ingat liy, kamu harus tetap fokus pada tujuanmu. Semua ada waktunya. Waktu dimana semua yang kau perjuangkan akan nampak hasilnya. Waktu dimana impian-impian itu akan menjadi nyata. Yang kamu butuhkan hanya kemauan untuk terus belajar dan kesabaran yang tiada batas liy. Tuhan akan menunjukan semuanya.

Jangan lupa untuk terus berbahagia, untuk selalu rendah hati. Kurang-kurangilah keluhmu dan perbanyaklah bersyukur liy, karena bisa menikmati kehidupan yang menyenangkan hingga saat ini adalah hal yang patut kamu syukuri.

Liliy

Share:
Read More

Saturday, 21 January 2017

Retrouvailles

Day 4: Tanpa menyebutkan namanya, ceritakan bagaimana pertemuan pertamamu dengan dia

26 Desember 2016 00.37
"Kamu di surabaya lin?"

Seperti itulah pesan yang kubaca malam itu, yang dalam sekejap membuatku sadar dari tidurku. Awalnya ku kira hanya mimpi, namun setelah ku lihat lagi layar handphoneku itu benar dia.

Dia bukan orang asing yang tidak ku kenal. Tentu saja aku kenal baik dengannya. Namun itu dulu, dulu sekali hingga aku lupa kapan terakhir bertemu dengannya, saat kelulusan smp mungkin. Hampir 7 tahun lebih aku kehilangan kontak dengannya dan hanya bertemu sekali dalam satu acara, itupun tak saling bicara. Dari dulu jarak kami memang sejauh itu. Bahkan aku tak pernah punya kesempatan untuk dekat dengannya.

Tapi kedatanganku ke Surabaya tak sia-sia, kamu mengirimiku pesan singkat yang membuat aku kelimpungan bagaimana harus membalasnya. Ya kamu bisa membuatku sekaku itu. Pesan itu terus berbalas hingga esok sore ketika percakapan itu mencapai titik ujung. Aku khawatir aku telah melewatkan kesempatanku untuk bertemu denganmu. Percakapan kita berhenti, stagnant tak berbalas. Aku mati gaya.

26 Desember 2016 15.30
"Jadi keluar gak? Kalo gak aku mau tidur"

Satu lagi pesan yang kuterima sore itu, dalam sekejap aku membalas untuk mengiyakan. Dan kemudian tak berbalas lagi. Dia tidur. Mengingat bagaimana karakternya semasa dulu aku sudah tidak yakin dia akan menyempatkan waktunya untukku. Mungkin dia hanya bertanya, mungkin dia memang tidak begitu ingin bertemu, mungkin dia mengiyakan hanya karena aku yang meminta. Kamu masih memberikan janji hari esok. Sungguh aku tak lagi berharap.

27 Desember 2016 13.08
*sent*
"Aku sekarang di royal plaza mungkin lebih dekat kalo mau ketemu"

27 Desember 2016 15.20
"Dimana sekarang, aku baru balik dari kampus. Sorry"

27 Desember 2016 15.21
*sent*
"Sudah pulang ke rumah tante. Yups it's okay"

27 Desember 2016 15.24
"Nanti malam ayo ketemu, aku gak tau rumah tantemu dimana. Aku tunggu di PH jemursari. Kita ketemu disana. Sekarang hujan kita gak bisa keluar. Jam 7 malam aku tunggu."

Aku melonjak kegirangan, sepertinya kali ini Tuhan memberikan kesempatan padaku untuk bertemu lagi denganmu, untuk lebih mengenalmu lagi. Aku bersyukur sekali saat itu.

Malamnya sekitar pukul 19.20 kau tak juga tampak, aku khawatir kamu telah lelah menunggu dan memilih pulang. Tapi aku terlalu berlebihan, ternyata kamu salah tempat karena di daerah itu ada resto dengan nama yang sama. Aku menunggumu khawatir.

Setelah 7 tahun tak pernah bertemu lagi, akan kah kita sekaku itu? Mengingat dulu kitapun tak begitu dekat dan dirimu yang tak banyak bicara. Tak beberapa lama kamu pun muncul. Kamu tau bagaimana aku hampir sulit bernafas, berusah meyakinkan diriku sendiri jika saat itu aku bisa bertemu denganmu lagi setelah sekian lama. Senyumku terkembang dengan bahagia.

Malam itu semua yang aku khawatirkan sirna seketika, kamu masih tetap sama seperti yang kukenal semasa dulu. Tak terasa 2 jam kita berbicara banyak hal, tentang masa lalu, sekarang hingga membagi mimpi-mimpi di masa depan.

Saat itu pula aku sadar bahwa tak ada yang berubah dari dulu hingga sekarang, bahkan dengan rentang waktu 7 tahun tanpa pernah sekalipun aku memikirkan akan sedekat ini. Perasaan ini tetap sama. Aku terus melapalkannya di sepanjang jalan, ditemani oleh arahan dari google maps karena kamu tak hafal jalan. Aku melapalkannya.

'Aku merindukanmu'

Tak mengapa jika kamu tak mendengarnya, aku tak berniat untuk mengucapkannya secara lantang. Aku cukup pecundang, menjadi teman lama yang bahagia karena bisa bertemu kembali denganmu. Pertemuan pertama kita sebagai seseorang yang berbeda dari masa lalu, dengan jarak yang sangat dekat.

Perasaan ini biar saja aku simpan sendiri, lagi. Aku bersyukur kepada Tuhan dengan segala ketidak kemungkinan ini Dia telah memberiku kesempatan untuk bertemu dengamu lagi. Aku selalu berdoa untuk bertemu dengamu lagi dan lagi.

Liliy

Share:
Read More