Monday, 13 October 2025

Cerita Dari Bengkel


Ban motor itu bocor lagi. Mungkin ini sudah yang keempat atau kelima kalinya dalam satu bulan, aku lupa. Tapi yang jelas, saat itu bocornya terasa agak menyebalkan. Kami sedang ingin liburan ke pantai di ujung pulau dan motor ini benar-benar tidak mengenal situasi di mana dia harus rewel. Padahal, baru setengah jam lalu bannya ditambal dan belum separuh perjalanan dia sudah berulah kembali. Saat itu ada di jalan sunyi, entah berantah dan tanda-tanda pemukiman masih jauh di mata. Sepanjang mata memandang cuma hutan dan ilalang. Betapa merepotkan motor merah itu.


Kadang aku suka geli sendiri saat ingat masa awal kami pacaran. Rasanya kami lebih sering menghabiskan waktu di bengkel. Kadang cuma buat tambal ban, ganti oli, atau periksa lampu yang tiba-tiba mati. Motor sewaan kami waktu itu rewel sekali. Ada-ada saja ulahnya. Bahkan pernah suatu kali dia mogok total, tak bisa dinyalakan, tak bisa didorong. Diam di tempat, seperti sedang ngambek karena terlalu lelah. Akhirnya kami berdua harus berjalan kaki untuk pergi bekerja. Dan masih banyak lagi ulah motor yang kami sewa selama enam bulan itu.


Parahnya, perbengkelan ini tidak cukup dengan motor sewaan kami saja. Namun saat lelaki kesayangku ini beli motor sendiri pun, kegiatan itu tak berkurang juga. Sore hariku masih juga diisi dengan berkeliling bengkel mencari barang yang aku tidak mengerti namanya. Tidak lupa setiap minggu kulihat motor belalang orange itu sudah terparkir di teras dormitori, dengan bagian-bagian yang entah kenapa harus dilepas. kadang hanya teronggok dengan kunci yang tak kumengerti cara pakainya. Tapi dari kejauhan kulihatnya dia selalu antusias, seperti ada kesenangan kecil yang tak bisa dijelaskan. Menurutku seperti ada dunia kecil yang hanya bisa dia pahami lewat putaran roda dan suara mesin yang hidup. 



Pernah, aku sempat berfikir jangan-jangan aku ini cuma pacar kedua. Karena rasanya motor itu yang paling sering dia perhatikan. Dia bisa habiskan waktu berjam-jam hanya buat menyelami toko hijau, lihat-lihat spare part yang menurutku semua tampak sama dan terlihat biasa saja.


Sering aku terheran kenapa dia bisa sepeduli itu dengan hal-hal kecil begitu. Tapi mungkin memang begitu cara dia mencintai sesuatu. Ada rasa sabar, ada perhatian, ada waktu yang dia sisihkan. Mungkin itu juga caranya mencintai aku meski bentuknya tidak selalu sama. Entahlah, sejujurnya aku tak pernah benar-benar mengerti.


Cerita yang terasa sangat aneh, ternyata yang selalu kuingat bukan tempat-tempat romantis yang ada di pinggir pantai, tapi malah saat sederhana seperti di bengkel motor yang panas. Duduk berdua bergulat dengan bau karet ban, suara kompresor, dan obrolan ringan yang sering diselingi tawa. Pada akhirnya ini semua bukan tentang apa yang kita lakukan tapi dengan siapa waktu itu berjalan.



Liliy | Banyuwangi, 12 Oktober 2025

Share:

0 comment:

Post a Comment