Setiap pertemuan
pasti akan berakhir dengan perpisahan
Setiap nafas
pasti akan berakhir dengan kematian
Dan Aku percaya
bahwa segala sesuatu itu pasti ada awal dan akhirnya,
Meskipun aku
membenci kenyataan itu.
Pria itu terdiam di tempat duduknya. Dengan perasaan tak menentu memandangi Gadis di hadapannya yang juga sama membisu. Masih dengan jemarinya yang mengitari bibir cangkir di hadapannya yang masih mengepulkan uap dan menebarkan aroma espresso yang belum tersentuh.
Gadis itu masih
diam, tak berniat membuka percakapan. Atau memang tak mampu. Bibirnya terasa
kering dan kaku, sekalipun salju turun dan menggunung di sepanjang jalanan di
luar café. Mungkin bukan karena udara hangat yang terlalu berlebihan yang dirasakannya.
Melainkan karena gadis itu pun telah sedingin salju itu sendiri. Beku dan mati.
Apa yang
diharapkannya dengan pertemuannya ini, dengan pria di hadapannya ini?
Kejelasan?
Atas apa? Hubungan mereka selama ini?
Bukankah sudah
jelas? Pria itu sudah menjatuhkan pilihannya, pada gadis lain. Yang tentunya
tidak sebanding dengannya dalam hal apapun, kecantikan, popularitas.
Gadis itu menyesap
espresso dari cangkirnya saat pria di hadapanya
mendongak dan menatapnya.
“Hye Ra-ssi…”
Sekarat. Ituah
yang dirasakannya saat pria itu mengucapkan namanya dan suara seraknya
menyentuh telinganya. Dan saat pandangangadis itu menangkap mata coklat di hadapannya
yang biasanya tampak meneduhkan, namun kali ini tampak lelah dan kacau.
Buta. Bagi gadis
itu mungkin lebih baik. Lebih baik tidak melihatnya sama sekali seumur sisa
hidupnya. Karena menjadi buta berarti
tidak akan melihatnya bahagia bersama gadis lain.
Egois?
Bukankah semua
manusia sama? Apa yang salah bagi Han Hye Ra menginginkan pria itu menjadi
miliknya? Di saat pria itu sendiri dengan keegoisan yang sama lebih memilih
gadis lain di bandingkan dirinya.
Setelah semua
pelukan itu, semua kenangan itu, semua kecupan hangat yang diterimanya. Setelah
semua suka cita yang dibawanya dan diterimanya dengan percuma. sekarang pria
itu pun seakan menjatuhkannya dari langit dengan Cuma-Cuma.
‘Bukankah selama
ini aku hanya mengharapkanmu?’
‘Bukankah selama
ini aku bertahan denganmu?’
‘Bukankah selama
ini aku melakukannya dengan hatiku?’
Kata-kata seperti
itu,mungkin tidak cukup untuk membuat pria di hadapannya ini mengerti. Sekalipun tidak.
“Bukankah kau
yang memintaku menemuimu di sini?”
Gadis itu mendongak,
menatap pria di hadapannya dengan senyum dingin.
“Setidaknya …
katakana sesuatu.”
Pria itu masih
menatapnya dengan tangan sedikit gemetar, entah karena apa. Rasa bersalah?
Pria itu
menatapnya dengan ekspresi tidak nyaman dan sesekali mencoba menurunkan
topinya, untuk memastikan tidak ada satupun di kedai kopi itu yang mengenali
wajahnya.
Bagaimanapun
juga, baru kemarin ‘bom’ itu di jatuhkan. Dan hingga hari ini, skandalnya
pastilah hal yang paling banyak diperbincangkan.
Gadis itu
menghela nafas sesaat.
“Apa yang kau
harapkan? Kau ingin aku mengatakan apa? Memukulimu? Kau pikir itu cukup?”
Gadis itu menggigit bibir bawahnya. Mengucapkan serentetan kata-kata itu saja membuat jantungnya seolah di tarik paksa dari tubuhnya.
Gadis itu menggigit bibir bawahnya. Mengucapkan serentetan kata-kata itu saja membuat jantungnya seolah di tarik paksa dari tubuhnya.
Pria itu
memejamkan matanya danmengusap wajahnya dengan kedua telapak tangannya, seolah
siap untuk diadili sekejam yang gadis itu bisa.
“Lakukan apapun.
Sesukamu”
Lagi-lagi hanya
tatapan dingin dari gadis dihadapannya yang di dapat pria itu sebagai balasan.
“Membunuhmu tidak
akan menghentikan pendarahan yang telah kau sebabkan”
Hening sejenak.
Saat gadis itu menatap lawan bicaranya dengan ekspresi datar dan dinginnya.
Dosa dan
penyesalan, mungkin hanya itu yang tergambar jelas dalam bayangan pria itu.
Brengsek, itulah kata yang tepat untuk menggambarkan dirinya sendiri stelah
dengan mudahnya mengumumkan pada dunia akan gadis pilihannya. Tanpa
mempertimbangkan bahwa sejujurnya ada ‘gadis lain’ yang harus menjadi korban
dari kecerobohannya sendiri.
Nuning Indry
Oktober 2014
ditulis disela sela mengerjakan tugas pdd
0 comment:
Post a Comment