Tak sedetikpun Gayuh mampu melupakan Seto yang telah
mengkhianatinya. Gayuh sangat mendendam. Ia kini sungguh membenci laki-laki
itu. Seto adalah makhluk yang paling dihindari Gayuh selama ini. Darahnya
seketika mendidih ketika ia tak sengaja mendengar sesuatu yang berhubungan
dengan Seto. Tak jarang pula Gayuh merapal namanya, berdoa agar Seto binasa
entah tertabrak kereta atau terbakar ditelan api. Namun takdir mengatakan lain, ia harus berhadapan
dengan Seto sekali lagi. Pertemuan kembali dengan lelaki itu bak kiamat di
hidupnya serta bagaimana memori-memori yang telah lama ia kubur kembali
berhamburan mengacaukan isi hatinya. Hatinya seakan tertancap ribuan paku,
sakit tak tertahankan. Seketika suhu tubuhnya meninggi, matanya memerah seakan
memendam amarah. Laki-laki itu kini duduk dihadapannya dengan pakaian rapi
dengan dokumen-dokumen penting siap untuk diwawancara. Ya, seto adalah salah
satu dari ribuan pelamar kerja di perusahaannya saat ini. Seto cukup tampan dan
gagah dengan track record yang
cemerlang. Ia adalah pelamar yang memenuhi kualifikasi atau bahkan layak untuk
diterima. Namun seakan termakan oleh rasa dendam, Gayuh berfikir untuk
menggagalkan dan mempermalukannya. Ia punya kuasa untuk menentukan siapa yang
pantas untuk diterima di kantornya dan Seto bukanlah salah satunya.
Tetapi
dia harus bersikap professional kali ini, dia tidak boleh terpengaruh dengan
dendam masalalunya dalam mengambil keputusan. Mereka bukan lagi remaja ababil
yang dengan mudah terpengaruh perasaan. Dengan mata yang masih merah, Gayuh
menatap mata laki-laki di seberang meja. Dia mencoba untuk tersenyum. Akan
tetapi semua usahanya untuk bersikap professional kembali goyah ketika dia
mendengar suara Seto setelah sekian lama. Suara laki-laki tersebut kembali
membawa kenangan-kenangan pahit yang selalu ingin ia lupakan. Dengan
mencengkeram map merah yang ada di hadapannya dia berusaha menenangkan dirinya. Begitu keras cengkeramannya hingga jarinya
tidak merasakan apapun. Seto kembali berbicara, tanpa tahu sedikitpun kekacauan
yang ada di dalam diri Gayuh. Gayuh menggapai gelas teh yang ada di mejanya,
dia harus tenang. Tetapi entah kenapa, siang ini teh itu tidak terasa manis
sama sekali. Meskipun sudah bertahun-tahun Gayuh berusaha melupakan kejadian
yang membuatnya begitu membenci laki-laki di depannya itu, tapi
potongan-potongan kejadian yang terjadi lima tahun tersebut masih sering muncul
dalam mimpi buruknya. Gayuh ingat, bagaimana selama lima tahun ini dia selalu
menghindari dan begitu membenci aroma melati, aroma yang dulu pernah sangat
disukainya. Kini dengan Seto duduk di depannya, tersenyum dan berbicara seperti
tidak pernah terjadi apa-apa, Gayuh kembali mencium aroma itu. Melati. Tanpa
berfikir apa-apa lagi, Gayuh mengangkat tangannya untuk menghentikan monolog Seto. Ia tak peduli
jika dianggap menuhankan ego dan
dicap tak profesional. Karena ia tak akan mungkin bisa menerima lelaki yang pernah menghancurkan hidup adiknya,
Gayatri. Dan Seto adalah lelaki yang menyebabkan Gayuh harus berlutut di depan makam penuh dengan aroma melati ketika Gayatri memutuskan untuk bunuh diri setelah ditinggalkan Seto di hari pernikahan mereka.
Ditulis untuk tugas UTS Creative Writing class C.
Terimakasih banyak untuk mbak Deta Malatasya sudah mau membantu dalam editing tanda baca, bahasa dan lain-lainya.
Read More