Friday 3 November 2017

,

Wandering in the Old Town



Bulan lalu saya sempat menghabiskan waktu di Semarang selama satu minggu dan selama hampir seminggu itu pula hanya dihabiskan di dalam rumah karena Semarang panasnya tidak manusiawi. Tapi, sehari sebelum saya pulang ke Banyuwangi saya sudah berjanji pada diri sendiri untuk setidaknya jalan-jalan di Semarang. Sebenarnya agak clueless harus ke mana, baru ketiga kali ini ke semarang dan hampir tidak pernah kemana-mana. Jadi saya benar-benar buta arah dan hanya mengandalkan Google Maps untuk melihat jalan dan tempat yang akan saya kunjungi. Akhirnya setelah pergolakan batin, saya memutukan utuk ke Kota Lama saja karena disebut-sebut sebagai Little Netherlands. 

Titik poin saya saat itu adalah Taman Srigunting. Ruang terbuka hijau yang berada di tengah-tengah kota lama. Saat saya tiba di sana taman ini cukup ramai dengan orang-orang yang berfoto dengan instalasi yang sudah disediakan seperti sepeda, bunga, dan becak. Cukup membayar seikhlasnya saja sudah bisa berfoto sepuasnya. Saya berhenti sebentar di taman Srigunting sambil mengamati sekitar, baru setelah itu saya menentukan saya mau berkunjung ke mana dulu. Dan ini beberapa tempat yang sempat saya kunjungi ketika di Kota Lama.

Semarang Contemporary Art Gallery



Semarang Gallery adalah salah satu objek wisata seni yang wajib dikunjungi saat ke Kota Lama Semarang. Awalnya saya mengira bahwa ini  museum milik pemerintah kota, namun ternyata ini adalah gallery milik pribadi. Lokasinya tak jauh dari taman Srigunting dan cukup bayar 10.000 rupiah saja sudah bisa menikmati koleksi lukisan serta instalasi karya yang ada.  Petugasnya ramah dan sabar ketika berulang kali saya tanya maksud dari berbagai lukisan yang ada di sana. Maklumlah saya ini buta sekali dengan seni. Kemudian dalam hati ingin sekali foto dengan salah satu karya seni yang ada, tapi kok hati kecil saya ini langsung nyolot dengan mengatakan "eksistensimu merusak karya seni li", jadi saya urungkan lah niat buat berfoto dengan salah satu lukisan di sana.




Pasar Barang Antik Klitikan



Tepat di samping kanan taman Srigunting berjejer stand-stand penjual barang antik mulai dari piring, radio, gelang, koran, komik lawas, kamera analog bahkan ada pecahan uang jaman dulu. Berada di Pasar Klithikan ini mengingatkan saya pada film-film jadul. Saya cuma bisa mengamati dan sesekali memotret barang yang ada selebihnya saya tidak berani menanyakan harga yang ada. Ya maklum wisatawan budget minim ya begini.




Gereja Bleduk



Sebenarnya ketiga tempat yang saya kunjungi ini semacam paket lengkap dalam satu lingkup wilayah dan tempatnya pun tak berjauh-jauhan kaya hubungan kita. Jika di sebelah kanan Taman Srigunting ada Pasar Klithikan, maka di sebelah kirinya berdiri kokoh gereja dengan arsiktektur Eropa yang lebih dikenal dengan Gereja Blenduk karena bentuk kubahnya. Hingga kini Gereja ini masih aktif dijadikan tempat ibadah dan bukan hanya bangunan wisata saja. Saya kurang tahu juga gereja ini dibuka untuk umum apa tidak, karena saat saya sampai di sana sudah terlalu sore dan pintu gerejanya sudah di tutup. Jadi maafkan, untuk itu saya hanya sempat memotret bangunan luarnya saja dan itupun tidak mumpuni karena susah sekali bagi saya untuk menentukan spot foto terbaik karena saya takut ditabrak orang.

Setelah selesai dari gerejea bleduk saya mulai bingung akan ke mana lagi, jadi saya hanya terus berjalan ke mana kaki saya melangkah. saat itu saya sudah seperti anak hilang di kota orang, saya berjalan ke arah barat kemudian mempotret sebentar kemudian balik lagi. Tapi perjalanan saya kali ini lebih seru dibanding perjalanan saya sebelumnya karena kali ini saya benar-benar sendiri. Dan asiknya lagi wisata kota lama semarang ini menurut saya sangat ramah untuk female solo traveller. Saya berjalan sendiri kemanapun tanpa ada gangguan, catcalling maupun street harassment. Warganya pun sangat ramah ketika saya menanyakan arah maupun letak tempat. Intinya saya sangat menikmati menghabiskan akhir pekan mengelilingi kota lama. Nanti jika saya diberi kesempatan mejadi bagian dari Semarang lagi saya pastikan untuk kembali mengunjungi Kota Lama.




*In regards to the title of this blog post i use wandering instead of exploring because wandering is not always lost. My friend used to ask to me when they know i'd been travelling alone whether i was lonely to travel by myself or i was ever afraid of getting lost. The answer was no, is no, and will be no. I think becoming a solo traveler is fun, it's an opportunity to explore something new, to encounter the new friends, socialize with the local people, and more importantly to know your self better. Instead of relying on travel partner i prefer travel alone. However, I really enjoyed my weekend gateway in Semarang Old Town.

Liliy

Share:

0 comment:

Post a Comment