Saturday, 12 December 2015

,

obrolan absurd

"loh mbaknya mau kemana mbak?"

"saya mau ke Jogja bu, Ibunya turun mana?"

"oalah, saya juga turun Jogja, saya kira sama masnya yang tadi"

"ndak bu, dia turun di stasiun tadi, rumahnya 30 menit dari situ katanya"

"oalah beda tujuan"

"iya cuma sekereta ini bu"

"mbaknya suka banget ya sama masnya?"

"eh, kenapa memang bu?"

"tadi saya perhatiin waktu masnya tidur mbaknya liatin terus sambil senyum"

"hhaha gak tau bu, saya gak pernah liat dia tidur sebelumnya jadi ya saya liatin aja, lucu tidurnya"

"hati-hati kepincut mbak"

*kemudian hening*



7 Desember 2015
Dalam kereta sritanjung perjalanan menuju Jogja.
Share:
Read More

Monday, 9 November 2015

Don't Smile

Don't smile
it's a disaster
there's thunder storm inside my lungs
but bunch of joy flooding my artery

Don't smile
it's a poison
overwhelming
as aconitum kills the bug

because your smile
my world has fallen down
and my body has melted in the floor

but, smile
everything just seems
will be fine.


8 October 2015 | 10.17
For you who merely smile.
It is part of yours that i love the most. I trust your smile that makes me believe everything will be alright.  In your smile, i know who you are.
Share:
Read More

Sunday, 1 November 2015

How do I love thee?

How do I love thee? Let me count the ways.
I love thee to the depth and breadth and height
My soul can reach, when feeling out of sight
For the ends of Being and ideal Grace.
I love thee to the level of everyday's
Most quiet need, by sun and candle-light.
I love thee freely, as men strive for Right;
I love thee purely, as they turn from Praise.
I love thee with the passion put to use
In my old griefs, and with my childhood's faith.
I love thee with a love I seemed to lose
With my lost saints – I love thee with the breath,
Smiles, tears, of all my life! – and, if God choose,
I shall but love thee better after death.

by Elizabeth Barett Browning
Share:
Read More

Wednesday, 28 October 2015

,

isyarat punggung

Aku menghela nafas. Kisah ini semakin berat membebani lidah. Aku sampai di bagian bahwa aku telah jatuh cinta. Namun orang itu hanya mampu kugapai sebatas punggunya saja. seseorang yang cuma sanggup kuhayati bayangannya dan tak akan pernah kumiliki keutuhannya. Seseorang yang hadir sekelebat bagai bintang jatuh yang lenyap dari bingkai mata sebelum tangan ini sanggup mengejar. Seseorang yang hanya bisa kukirimi isyarat sehalus udara, langit, awan atau hujan. Seseorang yang selamanya harus dibiarkan berupa sebentuk punggung karena kalau sampai ia berbalik niscaya hatiku hangus oleh cinta dan siksa.

-Hanya Isyarat
oleh Dee dalam Rectoverso.
Kupersembahkan untuk kamu yang mulai menjauh, maaf.
Share:
Read More

Tuesday, 27 October 2015

yesterday

In the edge of tiring night,
I hug his restless soul
amid the morning mist
fight inescapable fate
through endless bridge

I kiss the sun
who full of agony
and taste his heart's ache.
I wait for morning dawn
to sing for serenity
and wish his pain away.

between dew and fog,
I am hoping
to find the way
back to we used to be
yesterday.


25 October 2015 | 22.15
This poem is written for someone who have fought together to set everything back to its place a year ago. Though in the end we decided (you already decided) to give up. 
Wise man said that "memories can be painful. To forget may be a blessing". So, what am i supposed to do if i still can forget every single thing that relate with us? what am I supposed to do if i still hope for the second chance? WAKE UP.
Share:
Read More

Monday, 19 October 2015

omong kosong bintang

Kau tak kan secerah Sirius
karena kau jauh diawang
Kau tak akan semenarik Antares
karena kau partikel yang terbuang

Kuberi tahu satu rahasia
Kau Polaris,
bintang utara
sang penunjuk jalan

Ini bukan tentang konstelasi,
titik koordinat penyusun langit.
Ini tentang rasa percaya
bagaimana kau kan jadi penjaga
yang akan mengarahkan
jadi cahaya, penuntun jalan pulang.


18 Oktober 2015 | 23.12
puisi setelah uts dimana tugas syntax belum menyerang secara membabi buta. Ini cuma omong kosong untuk seseorang yang aku suka karena dia gak pernah paham esensi (mungkin). Akhir-akhir ini seneng banget nyepik lewat puisi, lumayanlah dianya gak tau. Kalo dia tau mungkin cuma diem. Ya emangnya mau direspon gimana lagi. Berharap banget lah direspon. Buat apa?




Share:
Read More

Thursday, 15 October 2015

Titipan Hujan

kusimpan senduku pada langit
dalam mendung yang menggantung
biar tertahan gumpalan abu-abu
hingga jatuh bersama rintik air.

kutitipkan tangisku pada gerimis
menyembunyikan namamu diantara tetes-tetes magis
merapal namamu hingga jatuh
melebur, hanyut bersama rinai hujan
tak berujung, tak bertujuan
biar dia bawa pergi
aku tak ingin menyimpannya lagi.


14 Oktober 2015 | 16.38
Ditulis saat berteduh di warung nasi goreng. Ditulis untuk gak tau siapa, sebagai pengingat untuk tak lagi menyimpan kesedihan. Pengingat untuk tak lagi bersedih karena ekspektasi, karena ekspektasi tak akan membawamu kemanapun selain jatuh dan harus melupakan kembali.

p.s. ini bukan postingan baper.
Share:
Read More

Wednesday, 14 October 2015

Selamat pagi

kan kukirimkan sajak-sajak pagi
bersama cahaya keemasan sang matahari,
diiringi nyanyian burung di pucuk pohon tertinggi. 

aku,
embun bening yang berlari pada selembar daun
akhirnya tergantung
siap jatuh pada bumi. 
aku, embun yang akan melengkapi pagimu
Selamat pagi.


14 Oktober 2015 | 05.17
ditulis untuk pagimu, untuk senyummu dan untuk muka bantalmu.
Selamat pagi, jangan lupa bersyukur, dan gak ada yang salah dari sebuah senyuman dipagi hari. Semoga harimu selalu membahagiakan. :)
Share:
Read More

Sunday, 11 October 2015

Friday, 9 October 2015

gayuh dan seto

Tak sedetikpun Gayuh mampu melupakan Seto yang telah mengkhianatinya. Gayuh sangat mendendam. Ia kini sungguh membenci laki-laki itu. Seto adalah makhluk yang paling dihindari Gayuh selama ini. Darahnya seketika mendidih ketika ia tak sengaja mendengar sesuatu yang berhubungan dengan Seto. Tak jarang pula Gayuh merapal namanya, berdoa agar Seto binasa entah tertabrak kereta atau terbakar ditelan api. Namun takdir mengatakan lain, ia harus berhadapan dengan Seto sekali lagi. Pertemuan kembali dengan lelaki itu bak kiamat di hidupnya serta bagaimana memori-memori yang telah lama ia kubur kembali berhamburan mengacaukan isi hatinya. Hatinya seakan tertancap ribuan paku, sakit tak tertahankan. Seketika suhu tubuhnya meninggi, matanya memerah seakan memendam amarah. Laki-laki itu kini duduk dihadapannya dengan pakaian rapi dengan dokumen-dokumen penting siap untuk diwawancara. Ya, seto adalah salah satu dari ribuan pelamar kerja di perusahaannya saat ini. Seto cukup tampan dan gagah dengan track record yang cemerlang. Ia adalah pelamar yang memenuhi kualifikasi atau bahkan layak untuk diterima. Namun seakan termakan oleh rasa dendam, Gayuh berfikir untuk menggagalkan dan mempermalukannya. Ia punya kuasa untuk menentukan siapa yang pantas untuk diterima di kantornya dan Seto bukanlah salah satunya.


                Tetapi dia harus bersikap professional kali ini, dia tidak boleh terpengaruh dengan dendam masalalunya dalam mengambil keputusan. Mereka bukan lagi remaja ababil yang dengan mudah terpengaruh perasaan. Dengan mata yang masih merah, Gayuh menatap mata laki-laki di seberang meja. Dia mencoba untuk tersenyum. Akan tetapi semua usahanya untuk bersikap professional kembali goyah ketika dia mendengar suara Seto setelah sekian lama. Suara laki-laki tersebut kembali membawa kenangan-kenangan pahit yang selalu ingin ia lupakan. Dengan mencengkeram map merah yang ada di hadapannya dia berusaha menenangkan dirinya. Begitu keras cengkeramannya hingga jarinya tidak merasakan apapun. Seto kembali berbicara, tanpa tahu sedikitpun kekacauan yang ada di dalam diri Gayuh. Gayuh menggapai gelas teh yang ada di mejanya, dia harus tenang. Tetapi entah kenapa, siang ini teh itu tidak terasa manis sama sekali. Meskipun sudah bertahun-tahun Gayuh berusaha melupakan kejadian yang membuatnya begitu membenci laki-laki di depannya itu, tapi potongan-potongan kejadian yang terjadi lima tahun tersebut masih sering muncul dalam mimpi buruknya. Gayuh ingat, bagaimana selama lima tahun ini dia selalu menghindari dan begitu membenci aroma melati, aroma yang dulu pernah sangat disukainya. Kini dengan Seto duduk di depannya, tersenyum dan berbicara seperti tidak pernah terjadi apa-apa, Gayuh kembali mencium aroma itu. Melati. Tanpa berfikir apa-apa lagi, Gayuh mengangkat tangannya untuk menghentikan monolog Seto. Ia tak peduli jika dianggap menuhankan ego dan dicap tak profesional. Karena ia tak akan mungkin bisa menerima lelaki yang pernah menghancurkan hidup adiknya, Gayatri. Dan Seto adalah lelaki yang menyebabkan Gayuh harus berlutut di depan makam penuh dengan aroma melati ketika Gayatri memutuskan untuk bunuh diri setelah ditinggalkan Seto di hari pernikahan mereka. 



9 Oktober 2015 | 08.13
Ditulis untuk tugas UTS Creative Writing class C. 
Terimakasih banyak untuk mbak Deta Malatasya sudah mau membantu dalam editing tanda baca, bahasa dan lain-lainya. 
Share:
Read More

Saturday, 3 October 2015

Bo


kau layaknya barisan angka
tersusun rumit atas pangkat dan integral
yang tak pernah bisa aku selesaikan.
kau ibarat aljabar
yang tak pernah bisa aku kira
penuh rumus yang menggila.
sedang aku siapa?

mungkin aku menyukaimu
karena hatiku mulai bereaksi
layaknya dua senyawa kimia
bak sulfat tercampur air
menghasilkan percikan
meletup - letup
tak terkendali.

menyukaimu bukan perkara remeh temeh
omong kosong matematika maupun kimia
karena bagiku, 
kau semesta
misteri sejuta ruang hampa.

lalu, aku siapa?
aku serupa debu
yang menatapmu cemburu
dan aku mengagumimu.


25 September 2015 | 10.39
Suatu saat nanti aku pastikan kamu akan membaca ini. Karena ini adalah puisi pertama untukmu yang dapat aku selesaikan dengan baik. Kamu adalah inspirasi dari segala sajak bahagia yang pernah aku reka dan aku cipta. Maaf jika kau tak suka dan entah akhirnya akan bersikap seperti apa. Aku tak kan pernah peduli.
Share:
Read More

Tuesday, 29 September 2015

,

Dia

Dia, yang tidak pernah kamu mengerti. Dia, racun yang membunuhmu perlahan. Dia, yang kamu reka dan kamu cipta. 
Sebelah darimu menginginkan agar dia datang, membencimu hingga muak dia mendekati gila, menertawakan segala kebodohannya, kehilafan untuk sampai jatuh hati kepadamu, menyesalkan magis yang hadir naluriah setiap kalian berjumpa. Akan kamu kirimkan lagi tiket bioskop, bon restoran, semua tulisannya --dari mulai nota sebaris sampai doa berbait-bait. Dan beceklah pipi-nya karena geli, karena asap dan abu dari benda-benda yang dia hanguskan--bukti bahwa kalian pernah saling tergila-gila--beterbangan masuk ke matanya. Semoga dia pergi dan tak pernah menoleh lagi. Hidupmu, hidupnya, pasti akan lebih mudah.

 Surat Yang Tak Pernah Sampai.

oleh Dee dalam  Filosofi Kopi: Kumpulan Cerita dan Prosa Satu Dekade. kupersembahkan untuk kamu yang 27 September 2015 lalu mengakhiri status mahasiswanya. Semoga suatu saat kita dipertemukan lagi dengan cara yang baik :)
Share:
Read More

Thursday, 3 September 2015

Pertemuan Kembali

Aku bangun diranjangku dengan perasaan bahagia yang luar biasa. Ini tak seperti hari – hari sebelumnya dimana aku bangun dengan malas dan mengeluhkan segala hal. Hari ini berbeda, senyumku mengembang sedari aku terbangun dari tidur. Hariku terasa lebih baik atau bahkan rasanya aku siap untuk menantang matahari sekalipun. Pertemuan kembali dengan gadis bertopi merah tadi malam cukup untuk merubah segalanya. Sudah lama aku tidak merasakan gairah seperti ini. Perasaan yang sudah lama terlupakan dalam sudut hati itu muncul lagi, getaran-getaran kecil yang berubah menjadi letupan-letupan itu hidup kembali seiring dengan jarak yang mulai terlebur.

Dalam diam kami menghabiskan malam di bukit yang tak jauh dari kota. Hanya diterangi cahaya bulan serta kerlap-kerlip lampu pemukiman penduduk dari kejauhan. Dengan sekantong penuh makanan ringan serta beberapa kaleng minuman bersoda. Saat itu aku ingin waktu berhenti berputar, memberi kesampatan padaku untuk merasakan perasaan ini lebih lama. Aku ingin meluapkan perasaan rindu yang tak berkesudahan pada malam yang pekat. Berada disini bersamanya membuatku melupakan segalanya. Beban yang bertumpuk, masalah yang silih berganti seolah terlihat mudah untuk dilalui. Karena dimulai dari detik ini dan seterusnya akan ada dia yang selalu menguatkan. 

Tak lama berselang, tanganmu menunjuk ke arah utara sembari berseru kearahku. 

“lihat, itu Polaris”



30 Agustus 2015 | 01.18 
ditulis untuk tugas creative writing '3 words strategy'.

p.s. entah kenapa selalu gak bisa nulis cerita yang bahagia, feelnya selalu gak greget. tulisan yang ini malah terasa rancu dari paragraf awal dan paragraf keduanya. perpindahan moodnya juga gak halus dan terkesan aneh. Selama ini agak susah juga sih kalau  deskripsikan suanana gitu, sering banget keburu-buru deskripsinya jadi ada terkesan ada beberapa poin yang hilang. yap pointnya adalah masih perlu belajar nulis lagi. 

Terimakasih sudah mau membaca hingga akhir dan masih mau baca curhatan yang gak jelas ini.
Share:
Read More

Wednesday, 1 July 2015

untuk kamu yang dijalan pulang

Hai kamu yang menikmati senja di jalan pulang
yang merasakan jingganya dari balik kaca kereta
Hai kamu yang mungkin saja sudah menikmati senja di tanah kelahiran
yang menunggu terbenamnya sang fajar dengan segala penat yang tersisa

aku sama sekali tak tau nama stasiun tempatmu singgah kemudian berpulang
aku pun tak punya bayangan, pukul berapa kamu akan tiba di kampung halaman

yang aku tau kamu sudah bosan duduk seharian, 
dalam kereta tanpa bisa bergerak leluasa
yang aku tau kamu sudah tak sabar untuk pulang,
melepas kerinduan yang tertumpuk dari tanah perantauan.

Hai kamu yang dalam perjalanan pulang,
sampai bertemu 2 bulan yang akan datang.


29 Juni 2015 | 15.21
*ditulis untuk dia yang Senin, 29 juni 2015 sedang dalam perjalanan pulang
Share:
Read More

Mencatat Tanggal

Hari ini tanggal 28 Juni 2015, ulang tahun Frida yang ke-19. Tapi kali ini aku bukannya ingin membicarakan tentang ulang tahunnya karena hari ini Frida tidak bisa dihubungi. Yang ingin aku ceritakan adalah 
...
...
...


Malam ini kali pertama aku chat dengan salah seorang teman yang aku kenal dari kelas ISBD dan filsafat. sebelumnya kami hanya melakukan obrolan melalui chat facebook yang cukup (sebut saja) melelahkan. Aku menyebutnya melelahkan karena aku sama sekali tidak punya bayangan kapan dia akan online. Terkadang tanpa sadar aku menunggunya berharap simbol notifikasi chatnya berubah hijau dan itu benar - benar melelahkan. 
Begitulah singkatnya background story mengapa kami bisa chat malam ini. Awalnya kami hanya membicarakan kepulangannya besok. Tapi setelah beberapa pembahasan berlalu tiba - tiba dia memintaku untuk mencatat. Iya mencatat tanggal. 


Share:
Read More

Monday, 22 June 2015

Kakak

"heh kak, kamu ngapain diem terus?" gadis itu hanya menoleh, tersenyum tipis kemudian kembali dalam lamunannya. Sementara adiknya masih terus memperhatikannya, bingung, karena satu hari ini kakaknya hanya diam, merenung seolah memikirkan sesuatu yang berat.

"Ih kakak kok diem terus, aku kan tanya kak" Lanjutnya dengan nada manja. 

"haduh kamu apasih, aku gak apa - apa tau" jawabnya simpul, lalu ia mengacak rambut adik kesayangannya itu.

Adiknya hanya diam tak berani melanjutkan untuk bertanya lebih lanjut. Ia tak ingin memaksa, kakaknya pasti akan bercerita jika dia rasa itu perlu. Yang Ia tau sampai saat ini kakaknya masih butuh waktu untuk sendiri.


-1 minggu yang lalu-

sore itu hujan, aku tengah sibuk dengan segala buku - buku yang bertebaran diatas ranjang yang seharusnya aku baca untuk persiapan kuis besok siang. Tiba - tiba saja kakakku datang dalam keadaan menangis dengan pakaian basah kuyup, meringkuk dibelakang pintu tanpa mengatakan apapun. Sejenak ia menoleh kepadaku, terlihat matanya yang sembap karena menangis untuk waktu yang cukup lama. Saat itu sungguh menyakitkan melihatnya dalam keadaan seperti itu. Kakak yang senantiasa bersikap tegar, ceria bahkan cerewet kini ia memperlihatkan sisi lainnya. Ia terlihat rapuh dan terkesan pasrah. Seingatku baru kemarin aku melihatnya tertawa bahagia, menceritakan bahwa bagaimana senangnya dia setelah pulang dari sebuah pantai indah di kota tetangga. Tanpa disadari waktu berjalan sangat cepat. membolak - balik hati dan perasaan sang empunya. Kali ini aku hanya diam, memperhatikannya yang tengah terhanyut dalam duniannya. Entah sedang memikirkan apa.

4 April 2015 | 16.38


Share:
Read More

Sunday, 21 June 2015

Senin Itu

   Senin 27 April 2015 sekitar pukul 10.20 pagi. Sebut saja aku bertemu dengan salah seorang teman satu fakultas yang aku kenal dari kelas ISBD 09. Seingatku hari itu aku cukup moody karena efek dari tamu bulanan. Aku duduk di bangku taman kampus, sendirian, berusaha menyelesaikan tugas yang sebelumnya lupa aku kerjakan. Ditengah-tengah kesibukanku itu tak sengaja dia melewatiku, sepertinya akan pulang tapi tak lupa dia juga menyapaku, mungkin hanya sekedar basa-basi. "Semangat ya, aku pulang dulu" katanya. Kemudian dia berlalu bersama teman-temannya.  Aku hanya mengiyakan dengan senyuman karena aku tak mengenalnya dengan baik.

   Kemudian saat kelas berakhir sekitar pukul 12.40, tanpa sengaja aku bertemu dengannya lagi didepan kampus, dibawah pohon yang tidak begitu meneduhkan. Suatu keharusan untuk menyapa seseorang yang dikenal bukan?. Begitupun aku. Setelah sapaan klise itu dia malah memintaku untuk menemaninya menunggu. Biar aku ulang "menunggu". Siang itu panas, kelakukan seseorang sudah cukup membuatku ingin pulang. Tapi permintaanya membuatku mengurungkan niat untuk segera pulang, aku tak tega melihatnya yang sepertinya 
cukup lama menunggu sendirian. Kubelokan motorku sejajar dengannya berlanjut dengan percakapan sederhana. Memang tidak spesial dan agak membingungkan tapi sangat berarti. Setidaknya dalam percakapan beberapa menit itu aku tau dia tidak sekaku itu walaupun saat itu aku tau ia terlihat kebingungan mencari topik pembicaraan. Saat di jalan pulang pun aku sempat berpikir bahwa dia baik, bisa dibilang tidak jelas tapi sangat menyenangkan.


p.s. Yaampun ini curhatan macem apasih. Pertama buka catatanya agak jijik sama tulisan sendiri sih. Niatnya catatan ini mau di hapus tapi setelah dibaca ulang walaupun tulisanku agak acak-acakan tapi masih bisa membuatku senyum gak jelas. Yaudahlah ya di-post di blog biar awet.

Share:
Read More

Sunday, 10 May 2015

ulang tahun

*pluk*

gadis itu menjatuhkan ponselnya tepat di ranjang tempat tidur, kemudian ia turut merebahkan dirinya mencoba menempatkan pada posisi senyaman mungkin. Sudah berulang kali ia memandangi layar ponselnya dengan penuh harap. Namun sama saja, dari puluhan pesan masuk tak ada satupun pesan dari sahabat-sahabatnya. Ia terheran entah apa yang sedang dilakukan sahabatnya hingga tak mengingat hari terpenting yang Ia tunggu. Ia menyadari selama satu tahun ini Ia sudah jarang menghabiskan waktu bersama sahabat-sahabatnya bahkan bertemu pun bisa dihitung dengan jari. Mereka tak lagi sama seperti 1 atau 2 tahun lalu, kini masing-masing dari mereka mulai sibuk dengan kepentingannya yang membuat ikatan emosional mereka tak lagi sekuat dulu. Tapi seharusnya itu bukan menjadi hal yang besar untuk melupakan hari ulang tahunnya. Ia terus menggerutu kesal. Ditengah lamunannya ponselnya tiba-tiba berdering singkat menandakan adanya pesan masuk.


"hadyeh, dari siapa lagi ini?" gerutunya.

1 new message
+08520380xxxx
-------
Selamat Hari Kartini pin, happy twenties. smile emoticon
-------

21 April 2015
ditulis oleh Linda dengan ke-sok-tau-an-nya karena Vivien gak se-drama-queen ini.

Share:
Read More

dibodohi

"apa lagi yang harus dia lakukan? bagaimana lagi dia harus bersikap untuk membuatmu sadar jika kamu tidak lagi ada dihidupnya?".

Kalimat itu terus terngiang dalam benak gadis berambut pendek yang terus mematung ditengah ruangan. Ia mencoba mencerna setiap kata yang diucapkan oleh sahabatnya tadi malam. Sama sekali tidak ada yang salah dari semua hal yang dikatakannya tapi entah mengapa sang gadis masih saja berusaha mencari sebuah pembenaran dari segala rasa bahagia yang pernah Ia rasakan. Masih mencari celah untuk lari dari akhir cerita yang tidak pernah Ia harapkan. Hingga beberapa menit kemudian Ia tersenyum simpul. Kini Ia menyadari bahwa Ia sudah dipermainkan. Dipermainkan oleh perasannya sendiri.

Linda | 17 April 2015 | 09.55
Share:
Read More

Saturday, 28 February 2015

Tuesday, 17 February 2015

Sejak Kapan

           

 Untuk kamu yang biasa aku panggil Zombie


"months ago we stayed up till 4 a.m talking, and today I don't even know how to say hey"

        Sebenernya aku sudah mulai berfikir untuk tidak lagi menulis surat, apalagi surat untukmu. Beberapa minggu ini kegiatanku membuatku malas menulis. Bahkan untuk sekedar menulis di twitter atau facebook saja aku sudah malas, apalagi surat untukmu. Tapi hari ini aku tak tau harus bagaimana, peristiwa hari ini cukup untuk membuatku menulis tentang kamu lagi. Hanya dengan cara menulis ini aku bisa berkeluh kesah tentangmu sepuas hati tanpa perlu meminta waktumu yang berharga itu. Hanya dengan menulis aku dapat bercerita ketika kamu tak punya waktu untuk sekedar mendengarkan. Hanya dengan menulis, aku seolah dapat berbicara denganmu tanpa perlu kau tau.

Share:
Read More

Saturday, 7 February 2015

untuk mentor terbaik kami

kepada mas yang dengan sabarnya membantu kami

Hai, mas Galang? Apa kabarnya? Sudah satu bulan lebih ya tidak bertemu,  lantaran ini masih dalam masa libur kuliah.

Jika suatu hari mas Galang membaca dan bingung maksud dari surat ini apa, aku pun sebenarnya tidak tau kenapa aku harus menulis surat ini untuk mas Galang. Ah pasti mas langsung menaikan alismu saat membaca surat ini. Jadi biar aku jelaskan. Melalui event #30harimenulissuratcinta yang diadakan @poscinta ini aku ingin mengucapkan terimakasih sebanyak-banyaknya buat mas Galang. Terimakasih sudah mau membantu kami (yang pasti mas Galang tau siapa saja) dalam hal belajar dan memahami setiap materi mata kuliah yang rumit itu.

Share:
Read More

Wednesday, 4 February 2015

modus pertama


Teruntuk mas tukang modus terhandal

Malam itu hujan saat pertama kali aku mengenalmu. Tak ada yang istimewa. Bahkan kita tak dipertemukan seindah senja. kita justru dipertemukan oleh pekatnya malam berbalut dinginnya hujan. Mungkin itu cara Tuhan paling indah untuk mempertemukan kita. Awal dimana semua cerita manis dan pahit ini dimulai. Pernahkah kau menyesalinya? Pertemuan awal kita.

 Adakah kau mengingatnya? Junior yang sekilas ada dihadapanmu saat kau marah. Junior yang kau sela pembicaraan dengan orang yang dulu ia kagumi. Junior yang kau bilang mirip adik temanmu. Junior yang sudah berani mengatakan kalau kamu modus diawal perkenalannya. Junior yang diam-diam memperhatikanmu saat kamu bercanda dengan temanmu. Adakah kau ingat setiap detail pertemuan kita seperti aku mengingat semuanya? bahkan aku tak yakin kau akan ingat jika aku tak menyampaikannya. Ah dasar kamu pelupa.

Share:
Read More